Beberapa di antara kita masih tetap mempertahankan komputer lama kelas Pentium 4 dan yang setara denganya. Alasannya bermacam-macam, namun jika dilihat lebih kepada faktor “kalau yang ada saja cukup bermanfaat mengapa beli yang mahal”.
Mungkin memang benar, kendala utama dari semua itu adalah biaya. Semisal kita membeli komputer lama sekelas Pentium 4 dengan harga 2 Juta sedangkan dengan komputer baru yang hemat power seperti Intel Atom atau AMD APU Brazos dimana bisa membutuhkan dana 3 hingga 3,5 Juta. Sepertinya cukup besar juga marginnya, ya. Maka dari itu orang sering berfikir lebih baik membeli Pentium 4 seharga 2 juta lengkap monitor meskipun yang second sekalipun, karena bisa menghemat 1 – 1,5 juta.
Tapi, barangkali kita sedikit bersabar dan menabung uang yang cukup, maka kita bisa membeli tidak hanya komputer, tapi Netbook intel Atom atau AMD APU Brazos yang seharga 3 jutaan. Lebih mahal 1 juta? Tidak mengapa, karena anda berhasil menghemat penggunaan listrik.
Bagaimana penghematannya listriknya? Ya tentu saja dengan memilih Processor yang hemat listrik. Processor Pentium 4 dan AMD yang sekelasnya zaman itu terkenal akan panas yang tinggi, karena itu jangan heran, processor-processor seperti itu dilengkapi kipas yang besar dan kencang. Panas itu dihasilkan karena penggunaan daya listrik yang tinggi.
Pentium 4 dan AMD yang sekelasnya membutuhkan daya listrik di atas 100 Watt bahkan bisa mencapai 200 Watt lebih. Itu baru processor, belum ditambah dengan kipas-kipas yang besar untuk mendinginkannya. Sayangnya, daya listrik sebesar itu hanya berubah jadi kecepatan processor yang tidak seberapa jauh dibandingkan processor-processor zaman sekarang. Sisa daya listrik yang tidak mampu digunakan ini berubah menjadi panas, dari sanalah pasas itu berasal. Ini semua terjadi karena proses pabrikan pada masa itu teknologi baru pada pencapaian itu.
Sekarang, processor bisa dengan sangat efisien memanfaatkan daya listrik yang digunakan menjadi sepenuhnya kecepata untuk memproses. Contoh, AMD Athlon II X2 yang hanya membutuhkan daya 65 Watt mempunyai kecepatan bisa 3x Pentium 4 yang lama. Bandingkan lagi dengan AMD APU Brazos atau Intel Atom yang hanya butuh 10-20 Watt saja, tapi kecepatannya 1,5x Pentium 4 lama.
Baiklah kami terima kalau processor zaman sekarang lebih hemat penggunaan listrik, tapi tetap itu tidak mengubah apa pun, bedanya hanya uang untuk membayar listrik karena beli komputer Pentium 4 dialihkan ke biaya membeli komputer baru yang hemat power, tidak mengubah apapun dari sisi keuangan kami.
Ungkapan di atas semua benar jika kita berfikir hanya untuk diri sendiri. Tapi jika kita berfikir sosial, maka penghematan listrik lebih bermanfaat bukan hanya bagi kita saja, tapi bagi masyarakata lainnya yang yang tidak memiliki komputer, mampu ataupun tidak.
Sudah sering pemerintah menaikkan TDL karena kebutuhan listrik kita tidak cukup, sehingga pemerintah mensiasatinya dengan menaikkan TDL dengan asumsi kita mau mengurangi penggunaan listrik. Dengan TDL dinaikkan, bukan pemilik komputer saja yang merasakannya, tapi yang tidak memiliki komputer pun ikut merasakannya.
Dengan kita memilih Komputer Hemat Power, niatkan bukan sekedar penghematan, tapi lebih kepada panggilan jiwa sosial kita. Dan niatkan itu semua ketika kita menghemat listrik sebagai sedekah karena Allah semata.
Di bawah ini sekedar saran saya jika hendak membeli Komputer hemat power dengan harga perkiraan.
AXIOO Pico PJM722 – Rp 2,3 juta
ASUS Eee PC 1015B - Rp 2,4 juta
HP 110-3518TU Mini – Rp 2,9 juta
ASUS Eee PC 1215B – Rp. 3,0 juta
LENOVO IdeaPad S205 773 – Rp 3,4 juta
TOSHIBA NB550D-1000G – Rp 3,6 juta
Sebenarnya saya ingin menyarankan HP Pavilion dm1z, tapi sayangnya Netbook ini belum hadir di Indonesia. Meskipun begitu, saya akan merekomendasikan ASUS Eee PC 1015B atau ASUS Eee PC 1215B, netbook yang ada di pasaran Indonesia.
Jika tidak merasa nyaman dengan layarnya yang kecil, kita bisa membeli monitor LED terpisah yang hemat listrik juga. Harganya pun sekarang cukup terjangkau.