Teknologi Jaringan Komputer Nirkabel
TEKNOLOGI jaringan komputer nirkabel untuk mengakses Internet boleh dikatakan
diawali oleh Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Motornya adalah Dr Onno W
Purbo dengan tim Computer Network Research Group (CNRG). Mereka merakit
komputer PC sederhana yang dilengkapi dengan FreeBSD dengan tambahan card
PCMCIA WaveLAN dan ethernet card, dibantu dengan antena luar sehingga dapat
menjangkau jarak sambungan yang cukup jauh. Akal-akalan yang merupakan hasil
kreativitas murni sampai hari ini masih dimanfaatkan oleh banyak warnet dan
perusahaan-perusahaan menengah.
Teknologi yang dipakai CNRG pada waktu itu sebetulnya menggunakan satu standar
dari IEEE (kumpulan para insinyur dari seluruh dunia yang kebanyakan dari AS),
menghasilkan standar 802.11 sebagai standar komunikasi jaringan tanpa nirkabel
serta menggunakan frekuensi 2,4GHz. Pada saat itu, percobaan yang dilakukan
dengan menggunakan WaveLAN card hanya dapat memindahkan data sebesar 2 Mbps.
Sekarang, standar yang banyak dipakai adalah 802.11B dengan kemampuan
memindahkan data sampai 11 Mbps. Di masa mendatang, kemungkinan akan digantikan
atau bergeser ke standar 802.11G dengan kemampuan pemindahan data nirkabel
sampai 50 Mbps.
Penggunaan standar 802.11 atau 802.11B dirancang untuk digunakan dalam ruangan,
sebenarnya sangat tidak efisien dan bisa saling mengganggu satu sama lain. Ini
antara lain disebabkan kebanyakan sistem nirkabel dengan standar 802.11 selalu
mencari rekan-rekannya yang juga on air berkeliaran di udara, sehingga
memperlambat kinerja akses yang diinginkan.
Pemaksaan penggunaan teknologi ini didasarkan pada faktor harga murah dan
terjangkau, karena standar 802.11 dan 802.11B merupakan standar umum untuk
komunikasi di dalam ruangan. Banyak perusahaan di Taiwan yang membuatnya, serta
dijual dengan harga yang terjangkau sekitar 75-125 dollar AS untuk setiap unit
dasarnya.
Permasalahan yang sering terjadi di lapangan umumnya karena pengetahuan si
pemasangnya yang terbatas. Dengan demikian, perangkat yang sebetulnya hanya
dipakai di dalam ruangan, dan kalau dipaksakan hanya bisa bekerja di jarak
sekitar 6 km ini, ditekan lagi untuk bisa berkomunikasi sampai puluhan
kilometer dengan bantuan penguat. Ini antara lain yang menyebabkan kisruhnya
pemakaian frekuensi 2,4 GHz yang memang di AS bebas digunakan tanpa perlu
mendaftar atau memberi tahu pihak berwenang.
Untuk penggunaan 2,4 GHz di luar ruangan, kita harus menggunakan perangkat yang
mengikuti standar 802.16, yaitu standar IEEE untuk Wireless MAN (Metropolitan
Area Network), jadi bukan memaksakan penggunaan perangkat dengan standar 802.11
dan 802.11B.
Masalah lainnya yang sebenarnya terjadi juga antara lain disebabkan karena
ketergantungan pada anggaran dan daya beli masyarakat pengguna, pada saat
terjadi krisis ekonomi dan stagnasi dunia bisnis, menyebabkan para pemain
teknologi informasi betul-betul harus mengencangkan ikat pinggang menggunakan
perangkat seirit mungkin.
Sayangnya, perangkat dengan standar 802.16 sampai saat ini belum matang,
sehingga belum banyak perusahaan yang mengikuti standar tersebut. Dan yang
paling penting, skala ekonominya masih tinggi dan harganya sudah tentu masih
belum terjangkau oleh perusahaan menengah ke bawah. Perkembangan teknologi 2,4
GHz ini cepat sekali, apalagi ditunjang oleh industri di Taiwan yang sudah siap
membuat sebagai produk massal dengan harga jual yang setiap hari makin murah.
"In the Box"
Pada awal tahun 2000 yang lalu, ada beberapa perusahaan Taiwan dan Jepang yang
membuat satu terobosan dengan membuat apa yang sering disebut sebagai Wireless
in the Box, yaitu perangkat sejenis "ciptaan" Onno Purbo dan
kawan-kawan yang dikemas dalam bentuk yang lebih kecil, tanpa menggunakan
komputer. Wireless in The Box (WITB) berisi PCMCIA card yang dipasang pada
papan elektronik yang dirancang sedemikian rupa hingga dapat memindahkan data
dari radio yang ada di PCMCIA ke saluran ethernet.
Ada dua koneksi di dalam WITB, satu sambungan ke antena luar dan lainnya ke
sambungan RJ-45 standar ethernet. Sedangkan dua sambungan lainnya adalah
standar serial untuk pengaturan awal dan sambungan tenaga listrik ke adaptor 9
volt. Perangkat WITB disambung ke switch atau dalam jaringan lokal, kemudian
dengan menggunakan perangkat lunak yang ada kita dapat mengatur berbagai
parameter yang ada seperti pengaturan IP address, client dan access point, dan
pengaturan lainnya.
Kenapa ditulis WITB? Karena model dan jenisnya sangat banyak dan beragam, mulai
dari yang namanya aneh, sampai yang berbau mistik bisa didapatkan di pasaran.
Penggunaan WITB makin lama akan semakin banyak, karena infrastruktur yang
dikuasai oleh PT Telkom belum bisa memberikan solusi murah dan tersedia di
semua daerah. Sementara itu, tidak banyak yang sadar kalau frekuensi 2,4 GHz
dengan bentangan gelombang antara 2,4000 GHz sampai 2,4835 GHz, hanya
menyediakan 3 saluran (channel) yang betul-betul tidak saling mengganggu.
Delapan saluran lainnya yang ada, saling benturan (frekuensi) satu sama lain
yang semuanya berdasarkan standar 802.11B.
Hanya tiga perangkat yang secara bersamaan dapat dipakai tanpa berbenturan
dalam jarak tertentu. Ini adalah salah satu kelemahan teknologi nirkabel. Biar
bagaimanapun, teknologi kabel masih merupakan solusi yang paling baik dan
paling tidak rewel. Persoalan pada teknologi LAN menggunakan kabel antara
adalah permodalan dan jangka waktu pemasangannya yang cukup lama.
Beberapa pemahaman
Untuk memanfaatkan teknologi nirkabel, kita harus mengetahui beberapa hal yang
paling mendasar, dan jika pengetahuan ini terlewatkan, maka implementasinya
akan semrawut. Ada dua jenis gelombang spektrum yang digunakan adalah teknologi
nirkabel ini. Satu disebut FHSS (Frequency Hoping Spread Spectrum) yang bekerja
dengan meloncat-loncat di antara frekuensi yang sudah ditentukan.
Pada mekanisme spektrum ini, bila terdapat gangguan pada satu frekuensi
tertentu, perangkat yang mengikuti standar ini akan berpindah ke frekuensi
berikutnya. Perangkat yang menggunakan mekanisme nirkabel ini antara lain
adalah bluetooth atau operator selular standar GSM. Mekanisme lainnya adalah
DSSS (Direct Sequence Spread Spectrum) yang bekerja pada frekuensi tetap,
antara lain bisa dijumpai pada perangkat IEEE 802.11B, W-CDMA.
Teknologi menggunakan pola spektrum FHSS adalah yang paling awal dalam teknologi
nirkabel karena hanya mampu memindahkan data maksimum sampai 2 Mbps.
Kelebihannya adalah pola ini mempunyai 43 saluran. Sedangkan pada pola
teknologi DSSS bisa memindahkan data sebesar 11 Mbps dengan mengikuti standar
802.11B. Informasi lain mengenai kedua pola spektrum kedua jenis teknologi
nirkabel ini bisa diambil pada situs web http://
www.bogor.net/idkf/broadbandwireless/WiLan.ppt.
Di sisi lain, walaupun standar pemindahan data pada kecepatan 2 Mbps atau 11
Mbps, pada kenyataannya pemindahan data yang terjadi tidak dapat mencapai
kecepatan angka tersebut. Hal ini terjadi karena selain memindahkan data,
perangkat standar 802.11 juga menjalankan berbagai prosedur untuk dapat saling
berkomunikasi.
Untuk perangkat standar 802.11B yang banyak dipakai akhir-akhir ini, real
throughput yang bisa dicapai hanya sekitar
4-8 Mbps. Sedangkan pada beberapa perangkat buatan Taiwan hanya sekitar 4-5
Mbps saja.
Produk lain buatan AS atau Kanada, pada umumnya mencapai kecepatan pemindahan
data sampai 8 Mbps. Untuk menguji real throughput, biasanya digunakan program
FTP server dan FTP client pada kedua sisi yang tersambung tanpa kabel, kemudian
dilakukan pemindahan data besar yang nantinya akan menampilkan besaran
kecepatan data yang bergerak dari ujung yang satu ke ujung lainnya.
Pemahaman lain yang juga terkait dengan teknologi nirkabel ini adalah berkaitan
dengan jarak antarperangkat. Seberapa jauh kita dapat memasang perangkat ini
sangat erat kaitannya antara power atau daya radio untuk standar IEEE 802.11B
dengan output radionya yang dibatasi sampai maksimum 13 dB atau 14 dB. Kalau
kita menggunakan sebagai sebuah unit luar ruang dengan antena 15 dB jarak yang
bisa dicapai bisa sampai 5 km.
Persoalan lainnya adalah pemakaian linier amplifier. Tidak dianjurkan untuk
menggunakan linier amplifier karena akan meningkatkan gangguan (noise)
menurunkan kinerja perangkat lain yang sudah terpasang sebelumnya. Kalau memang
dibutuhkan jarak yang jauh untuk menghubungkan dua titik, sebaiknya menggunakan
perangkat yang khusus untuk jarak jauh dan menggunakan frekuensi bukan 2,4 GHz.
Kebisingan biasanya terjadi karena perangkat lain yang bekerja di sekitar 2,4
GHz, seperti microwave oven, perangkat bluetooth, dan sejenisnya. Seperti
diketahui, frekuensi 2,4 GHz ini awalnya digunakan untuk industri, ilmu
pengetahuan, dan kedokteran atau yang lazim disebut sebagai ISM band. Gangguan
disebabkan oleh penggunaan perangkat 2,4 GHz lain yang bekerja pada saluran
yang sama.
Peraturan
Sejauh ini pemerintah melalui Departemen Perhubungan belum membuat aturan pasti
soal pengaturan penggunaan frekuensi 2,4 GHz yang di AS adalah frekuensi gratis
yang digunakan oleh berbagai kalangan. Penggodokan peraturan ini masih
dilempar-lempar antara Departemen Perhubungan dan komunitas pengguna nirkabel
yang sering disebut IndoWLI dan berkumpul pada milis IndoWLI@yahoogroups.com.
Dalam waktu dekat akan ada peraturan yang mengharuskan pengguna perangkat
nirkabel untuk membayar pajak atau biaya pendafaran berdasarkan jumlah base
station-nya.
Semua kendala dan isu-isu hangat sekitar penggunaan dan pemanfaatan teknologi
nirkabel ini masih merupakan masalah yang saling silang serta ada beberapa yang
belum dapat dipecahkan dengan cepat, walaupun para pengguna atau calon pengguna
berharap sangat besar pada teknologi ini. Mudah-mudahan tidak lama lagi akan ke
luar peratur
Home » » Teknologi Jaringan Komputer Nirkabel
Teknologi Jaringan Komputer Nirkabel
By Unknown SHARE4RT Updated at: 10.30.2011 | 10.25
Jika Sudah Membaca di KLIK yaa :
Anda sedang membaca Artikel tentang Teknologi Jaringan Komputer Nirkabel, dan anda bisa menemukan artikel Teknologi Jaringan Komputer Nirkabel ini dengan url http://longkok.blogspot.com/2011/10/jaringan-komputer-nirkabel-teknologi.html. jika Anda menyukai Artikel di blog ini, silahkan masukkan email Anda dibawah ini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel baru.